“Rozzan sudah lulus SMP, dan untuk kelanjutan pendidikannya, dengan banyak pertimbangan yang ada, maka sistem self schooling / sekolah mandiri adalah jalur yang dipilih dan akan dijalani…”

Ya… setiap mendekati kelulusan tentu rasa galau timbul, memilih sekolah sama dengan membuka jalur jangka panjang untuk anak, dan tujuan terjauh sudah harus dipikirkan sejak awal…gak cuma aku ya, semua ortu pasti juga merasakan hal yang sama…( ok cek ).

Rozzan itu menjalani jenjang Play Group, TK, SD, SMP, dengan gaya pendidikan yang berganti”, ya dari sekolah alam, konvensional, inklusi, kemudian semi konvensional basis komunitas.., nah sekarang ini lulus SMP, mikir dong mau lanjut di mana ?? ?

Aku sih ngalir aja, lebih ngeliat gimana usia dia, kebutuhan, dan potensi yang ada, kemudian menentukan sekolah apa yang pas untuk masing-masing jenjang pendidikannya, dan melihat situasi sekarang.. bagaimana kesempatan berimbang dengan keterbatasan yang ada…sebutlah salah satunya di masa pandemi Covid-19 dengan gaya belajar online kemaren yang gak bisa aku pahami itu, **entah sistem transfer ilmunya yang seakan dipaksakan atau memang dari sisi Rozzannya yang sulit untuk mengikuti, memberi kesimpulan pada kami berdua bahwa sistem itu tidak efektif…, dengan begitu hasil belajar pun tentu gak bisa dipertanggung jawabkan…lalu pertanyaannya, buat apa itu dilakukan ??

Di berita yang aku baca , Mas Mentri pun menyatakan,bahwa tanpa tawar-menawar Juli 2021 sekolah sudah harus dibuka, namun ini pun kok sepertinya gak bikin aku yakin ya, karena menurut kabar, di luar sana tingkat penyebaran virus juga masih menggila, dan info yang aku dapat, nantinya kalau sekolah offline sudah mulai aktif, tetep aja masing-masing orang tua dan anak punya wewenang untuk boleh menentukan anaknya hadir atau tidak di kelas, hhmmm…kok malah seakan gak jelas gini ya..? , masih aja gak bisa dipastikan..

Ya.. situasi gak pasti itu membuat kami jadi harus menentukan kepastian sendiri ,

ditambah pertimbangan faktor karakter kedirian rozzan juga lingkungannya, kemudian kami memiliki alternatif sendiri, coba membuka jalan sendiri, yaitu memilih jalur pendidikan SMU yang gak seperti pada umumnya …, jalur dengan sistem pendidikan merdeka seutuhnya, sebutlah namanya self schooling / sekolah mandiri… adalah sekolah yang “mengalir aja”, sekolah yang berinti pada pertanggung jawaban diri atas apa minat yang dipilih… yang penting hak dia atas pendidikan akan pelajaran utama harus tetap terpenuhi, karena ini untuk kemudian bisa melanjutkan di tingkat perguruan tinggi yang dia targetkan. Aku sih gak ngerasa khawatir tentang ini, karena bagaimanapun caranya, hari gini, ilmu bisa didapat dari mana aja.. ilmu pun luas kan, jadi gak melulu pada kebutuhan akademis aja, tapi banyak hal juga yang rasanya penting diberikan, kami harapkan dengan self schooling maka akan efektif, di mana tahap pertahapnya berjalan juga sesuai kebutuhan, lebih banyak hal bisa didapat, dan dengan waktu dan biaya yang bisa diatur sendiri, tentu akan menyenangkan bukan ? ?

Tapi segala hal tentu ada kelebihan dan kekurangannya, ya kami menyadarinya, kami coba selalu berusaha memahami dan mengimbanginya, mencari solusi untuk kemudian menepis kekurangan yang ada, seperti apa itu?? Tentu ada yang sudah kami pahami dan belum, yang kami pahami, sudah kami sepakati solusinya, tapi yang belum ya jalani aja, kami tuh seperti membuka jalan baru yang masih berantakan bahkan belum ada, kami belum tau akan ada penghalang apa nanti di sana, bagaimana harus bisa menggeser semua yang menghalangi langkah kami, tapi insha Allah kami sudah tau akan tujuan kami, kami akan lakukan dengan gembira, dan kami harapkan justru bisa memperoleh banyak pengalaman di setiap fase dan tahap proses yang kami jalani, jadi semoga itu bisa jadi semangat ya.. ?

ohya ada hal yang perlu dicatat, kami gak nyalahin lho atas sistem pendidikan yang ada, itu baik dan itu benar, terbukti banyak anak juga yang tetap berhasil menjalani sistem itu, aku juga gak berfikir melawan atau apa, dan seakan kok mau coba-coba untuk anak, aku hanya mencari solusi aja atas apa yang dibutuhkan dan pendidikan yang sesuai untuk Rozzan..dan inisiatif itu semoga gak salah ya…

apa yang akan kami lakukan ini adalah hal baru, entah bagi kami aja, atau bagi siapapun, intinya segala hal baru butuh keberanian, karena gak semua resiko juga sudah terbayang di depan, pertimbangan pasti, konsep juga sudah kami kantongi, tapi kami juga gak boleh terlalu jumawa di awal, pada prosesnya nanti kami tetap membutuhkan beberapa pihak untuk bisa menjalankan “program kami” ini dengan sebaik”nya…, karena setidaknya dengan diskusi, atau juga kolaborasi dalam eksekusi program bisa pasti makin memperkaya proses kami nantinya..jadi tentu doa dan dukungan teman sangat kami butuhkan…

Dan memang gak ada sekolahnya menjadi orang tua, karena masing-masing anak memiliki minat, gaya yang berbeda dan cara pemahaman juga yang berbeda, tentu juga memiliki banyak pertimbangan yang mungkin hanya yang bersangkutan dan lingkungannya yang tau.., dan di situlah materi pelajaran saya sebagai orang tua Rozzan.., mengamati dia, mempelajari dan menyikapinya..

Kami memiliki tagline receh, yaitu “ Belajar gak ganggu main dan main gak ganggu belajar”, bahkan juga “Kerja gak ganggu main dan main gak ganggu kerja”, walaupun begitu taglinenya, tapi keputusan kami ini gak main-main lho…, dengan doa sepenuhnya dan harapan menyeluruh, semoga rencana kami ini bisa berjalan baik dan berakibat baik ya..

Semoga…Aamiin…

@wifiwifedotnet // Wifiwife.net

#SekolahMerdeka

#SelfSchooling

#MomAndSon

#MerdekaBelajar

#SekolahRimba #SokolaRimba

#PendidikanAlternatif

Link:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210602144154-20-649499/nadiem-dorong-sekolah-dibuka-tak-ada-tawar-menawar

https://www.kompas.tv/article/179934/nadiem-makarim-ngotot-sekolah-tatap-muka-dimulai-juli-tak-ada-tawar-menawar-untuk-pendidikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Awesome Work

You May Also Like